Menelusuri pengaruh Soeharto terhadap sistem pendidikan Indonesia, dari sentralisasi hingga pendidikan berbasis Pancasila dan pembangunan.

Pendidikan di Bawah Bayang-Bayang Soeharto, Mengukir Ideologi

Pengaruh pemerintahan Soeharto terhadap sistem pendidikan Indonesia menciptakan berbagai perubahan besar yang berfokus pada ideologi, pembangunan, dan keseragaman. Berikut ZONA INDONESIA akan melihat bagaimana kebijakan Orde Baru membentuk struktur pendidikan di tanah air.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Kebijakan Pendidikan Orde Baru

Pada masa pemerintahan Soeharto, pendidikan menjadi alat penting untuk membentuk karakter bangsa sesuai dengan ideologi Orde Baru. Pancasila dijadikan sebagai dasar dalam setiap kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah. Pancasila tidak hanya diajarkan dalam pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), tetapi juga diterapkan dalam sikap dan perilaku siswa di kehidupan sehari-hari.

Selain itu, penanaman nasionalisme dan kesadaran terhadap pentingnya stabilitas politik menjadi tujuan utama dalam pendidikan. Setiap aspek dari kehidupan sekolah, mulai dari kegiatan ekstrakurikuler hingga upacara bendera, bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah air dan loyalitas terhadap negara. Soeharto ingin agar pendidikan membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga setia kepada negara dan pemerintahannya.

Pendidikan di era Orde Baru juga menekankan kesatuan nasional. Di tengah keragaman budaya dan suku bangsa, pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk mempersatukan Indonesia. Pelajaran-pelajaran tentang kesatuan bangsa dan pentingnya persatuan dalam keberagaman diajarkan untuk mencegah perpecahan yang dapat mengancam stabilitas negara.

Pengaruh Sistem Pusat yang Terpusat pada Pemerintah

Pada masa Orde Baru, sistem pendidikan Indonesia berfokus pada sentralisasi yang memberikan kontrol penuh pada pemerintah pusat. Hal ini tercermin dalam keputusan-keputusan mengenai kurikulum, standar pendidikan, dan bahkan pelatihan guru. Semua kebijakan pendidikan ditentukan dan diawasi oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kebijakan sentralisasi ini bertujuan untuk menciptakan keseragaman dalam sistem pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Namun, meskipun tujuan utamanya adalah standarisasi kualitas, sistem ini seringkali gagal mengakomodasi kebutuhan pendidikan yang spesifik di daerah-daerah dengan kondisi sosial dan ekonomi yang berbeda.

Sentralisasi juga memperkuat dominasi politik pemerintah dalam dunia pendidikan. Kurikulum yang bersifat sentralistik sering kali dianggap mengabaikan kreativitas dan kebebasan berpikir. Dampaknya adalah pendidikan yang lebih terfokus pada pengajaran nilai-nilai yang sesuai dengan kepentingan politik, bukan pada pengembangan kritis para pelajar.

Baca Juga: DI/TII: Atas Nama Agama, Ideologi Menantang Republik

Pendidikan untuk Pembangunan

Pendidikan untuk Pembangunan  

Pada masa Orde Baru, pendidikan diorientasikan untuk mendukung pembangunan ekonomi Indonesia. Soeharto menyadari bahwa salah satu kunci untuk meningkatkan daya saing negara adalah melalui pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan harus menciptakan tenaga kerja yang terampil dan dapat bersaing di dunia industri.

Pendidikan teknis dan vokasional menjadi prioritas utama dalam sistem pendidikan. Sekolah-sekolah kejuruan dibangun untuk menyiapkan generasi muda dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh sektor-sektor ekonomi, seperti manufaktur, pertanian, dan konstruksi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada tenaga kerja asing dan mempercepat industrialisasi.

Namun, meskipun fokus pada pembangunan ekonomi, pendidikan juga tetap harus mencakup nilai-nilai moral dan loyalitas terhadap negara. Integrasi antara keterampilan teknis dan wawasan kewarganegaraan diharapkan mampu menciptakan tenaga kerja yang tidak hanya terampil, tetapi juga memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.

Keterbatasan Akses Pendidikan yang Sulit

Meskipun banyak upaya dilakukan untuk memperluas akses pendidikan, ketimpangan antara daerah perkotaan dan pedesaan tetap menjadi masalah besar pada masa Orde Baru. Di daerah perkotaan, fasilitas pendidikan lebih berkembang, sementara di pedesaan, banyak sekolah kekurangan sarana dan prasarana yang memadai.

Kebijakan pemerataan pendidikan sering kali terbentur pada masalah geografis dan ekonomi. Banyak anak di pedesaan yang kesulitan mengakses pendidikan karena jarak yang jauh atau biaya pendidikan yang tinggi, meskipun ada program pendidikan wajib belajar selama 6 tahun.

Pengaruh Orde Baru terhadap Pendidikan Militer dan Politik

Pemerintahan Soeharto sangat mengutamakan pendidikan militer dalam kurikulum untuk memastikan stabilitas negara. Melalui program seperti Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Soeharto berusaha menanamkan ideologi Orde Baru di kalangan pelajar dan mahasiswa. Pendekatan ini bertujuan memperkuat ketergantungan pada pemerintah dan militer.

Selain itu, pendidikan juga dijadikan sarana untuk membentuk generasi yang setia pada pemerintah dan sistem politik yang ada. Pendidikan militer tidak hanya diajarkan di sekolah, tetapi juga di universitas sebagai bagian dari integrasi militer dalam kehidupan politik dan sosial Indonesia.

Pembaharuan dan Penyesuaian Kurikulum

Kurikulum pada masa Orde Baru mengalami banyak pembaharuan dan penyesuaian. Salah satu perubahan terbesar adalah pengenalan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) yang bertujuan menanamkan ideologi negara kepada siswa. Selain itu, kurikulum juga diubah untuk mendukung program-program pembangunan nasional yang digagas oleh pemerintah.

Meskipun kurikulum mengalami perubahan, banyak pihak mengkritik adanya pengaruh politik yang sangat kuat dalam penyusunan materi ajar. Penekanan yang besar pada Pancasila dan loyalitas terhadap pemerintah mengurangi ruang bagi pengembangan pemikiran kritis di kalangan pelajar.

Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi seputar sejarah Indonesia lainnya hanya di ZONA INDONESIA.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.kompasiana.com
  2. Gambar Kedua dari news.uthm.edu.my