Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung menjadi tonggak sejarah lahirnya solidaritas bangsa Asia Afrika awal kebangkitan melawan kolonialisme.

Sejarah KAA Bandung 1955, Awal Kebangkitan Bangsa Asia Afrika

Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung adalah salah satu momen bersejarah yang menempatkan Indonesia di panggung dunia. Berikut ZONA INDONESIA akan membahas latar belakang, jalannya konferensi, hingga dampak besar yang tercipta bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Latar Belakang Konferensi Asia Afrika 1955

Konferensi Asia Afrika lahir dari keresahan banyak negara yang baru merdeka dan masih menghadapi bayang-bayang kolonialisme. Pada awal 1950-an, negara-negara di Asia dan Afrika membutuhkan wadah untuk menyatukan suara politik. Indonesia, bersama India, Pakistan, Burma, dan Sri Lanka, menjadi penggerak utama ide ini.

Pertemuan awal dilakukan di Colombo, Ceylon, pada April 1954. Di sanalah lima negara pelopor menyepakati pentingnya menggelar konferensi yang mengundang negara-negara Asia Afrika. Tujuannya adalah memperkuat solidaritas, menolak kolonialisme, serta membangun kerja sama ekonomi, politik, dan sosial yang lebih mandiri tanpa intervensi negara adidaya.

Situasi global saat itu juga mempengaruhi lahirnya KAA. Perang Dingin antara Blok Barat dan Timur membuat negara-negara baru merdeka harus mengambil sikap. Indonesia dan negara sahabat ingin menunjukkan bahwa mereka tidak sekadar menjadi penonton, tetapi bisa menjadi kekuatan ketiga yang bersuara di dunia internasional.

Pelaksanaan KAA di Kota Bandung

Konferensi Asia Afrika resmi digelar pada 18–24 April 1955 di Bandung dan dihadiri 29 negara peserta. Gedung Merdeka dijadikan pusat kegiatan, sementara Hotel Savoy Homann dan Hotel Preanger menjadi tempat para delegasi menginap. Suasana Bandung kala itu meriah dengan sambutan rakyat yang antusias menyaksikan sejarah.

Tokoh-tokoh besar dunia hadir, seperti Presiden Soekarno, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri Mesir Gamal Abdel Nasser, U Nu dari Burma, dan Zhou Enlai dari Tiongkok. Kehadiran mereka menandakan bahwa bangsa Asia dan Afrika siap menyatukan kekuatan untuk melawan penindasan kolonialisme yang masih berlangsung di banyak negara.

Selain sidang resmi, konferensi juga diwarnai dengan berbagai pertemuan bilateral dan kunjungan budaya. Delegasi diajak melihat kehidupan masyarakat Bandung dan menerima sambutan hangat warga. Kehadiran media internasional membuat peristiwa ini menjadi sorotan dunia, sekaligus membuktikan bahwa Indonesia mampu menjadi tuan rumah pertemuan berskala global.

Baca Juga: Keajaiban Alam Lembah Harau Bukittinggi yang Bikin Mata Tak Berkedip

Tokoh dan Agenda Penting Konferensi

Tokoh dan Agenda Penting Konferensi (1)

Konferensi ini melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh seperti Soekarno, Nehru, Nasser, U Nu, dan Zhou Enlai. Agenda utama mencakup isu kemerdekaan, perdamaian dunia, dan kerja sama antarnegara Asia Afrika. Pidato pembukaan Soekarno sangat legendaris karena menekankan pentingnya persatuan bangsa untuk melawan segala bentuk ketidakadilan global.

Hasil terbesar dari KAA Bandung adalah lahirnya Dasasila Bandung, yang berisi sepuluh prinsip dasar hubungan internasional. Prinsip-prinsip tersebut menekankan penghormatan terhadap kedaulatan, penolakan kolonialisme, penghormatan hak asasi manusia, dan kerja sama damai. Dasasila ini menjadi fondasi penting dalam hubungan antarbangsa Asia dan Afrika.

Agenda lainnya meliputi diskusi tentang ekonomi, kebudayaan, dan cara mendukung negara-negara yang masih dijajah agar merdeka. Para delegasi menekankan perlunya kekuatan moral untuk menyeimbangkan dominasi negara-negara besar. Dari Bandung, lahirlah tekad bersama menciptakan dunia yang lebih adil bagi bangsa-bangsa berkembang.

Dampak Konferensi Asia Afrika 1955

Konferensi ini mengubah posisi Indonesia di mata dunia. Dari negara baru merdeka, Indonesia berhasil menjadi pemimpin gerakan anti-kolonialisme. Banyak negara Afrika yang saat itu masih dijajah akhirnya terdorong memperjuangkan kemerdekaan setelah melihat solidaritas di Bandung.

Dampak lain yang tak kalah penting adalah meningkatnya kerja sama ekonomi dan kebudayaan antarnegara Asia Afrika. KAA juga memunculkan kesadaran bahwa dunia tidak hanya didominasi Barat dan Timur. Negara-negara berkembang kini memiliki suara kolektif yang kuat untuk membentuk tatanan global baru.

Warisan KAA Bagi Dunia Modern

Hingga kini, semangat KAA masih relevan sebagai simbol perjuangan melawan penindasan dan ketidakadilan. Dasasila Bandung dijadikan rujukan oleh banyak negara berkembang dalam menjaga kedaulatan dan membangun kerja sama internasional yang saling menghormati.

Di Bandung, jejak KAA tetap dijaga melalui Museum Konferensi Asia Afrika. Setiap peringatan, dunia mengingat bahwa kota ini pernah menjadi pusat kebangkitan bangsa Asia dan Afrika. KAA 1955 membuktikan bahwa persatuan dapat melahirkan perubahan global yang nyata.

Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi seputar sejarah Indonesia lainnya hanya di ZONA INDONESIA.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari news.detik.com
  2. Gambar Kedua dari theglobal-review.com