​​Istana Raja Bima, juga dikenal sebagai Asi Mbojo, adalah monumen fisik terakhir dari Kerajaan Bima yang kini berfungsi sebagai Museum Bima​.

Istana-Raja-Bima,-Jejak-Kemegahan-Kerajaan-di-Tanah-Sumbawa

Istana ini merupakan perpaduan arsitektur Bima dan Belanda yang megah, serta menyimpan banyak kisah sejarah dan budaya Kesultanan Bima.

Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya tentang seputaran ZONA INDONESIA.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Kemegahan Asi Mbojo Jantung Sejarah Bima

Istana Asi Mbojo dibangun pada tahun 1888 pada masa Sultan Ibrahim dan selesai pada 1929. Arsitek asal Ambon, Obzicter Rahatta, memadukan gaya Bima dengan pengaruh Belanda, menghasilkan bangunan megah yang menjadi simbol kejayaan Kesultanan Bima. Istana ini awalnya berfungsi sebagai kediaman sultan dan keluarga, pusat pemerintahan, serta pusat penyebaran agama Islam.

Bangunan ini juga menjadi saksi sejarah penting, termasuk pengibaran pertama bendera merah putih di Bima. Berbagai keputusan politik dan kegiatan diplomatik kerajaan dijalankan di sini. Istana Asi Mbojo kini berfungsi sebagai museum, menyimpan koleksi peninggalan kerajaan seperti pakaian sultan, senjata tradisional, dan naskah kuno. Museum ini menjadi pusat informasi sejarah Bima dan simbol identitas budaya lokal.

Selain sebagai simbol politik dan budaya, Istana Asi Mbojo menunjukkan kemegahan arsitektur tradisional yang selaras dengan alam dan sosial masyarakat. Perpaduan gaya lokal dan kolonial mencerminkan bagaimana Bima mampu menyesuaikan diri dengan pengaruh luar tanpa kehilangan identitasnya.

Kesultanan Bima Dari Kerajaan Marapu ke Islam

Kesultanan Bima, di timur Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, awalnya menganut kepercayaan lokal Marapu, berupa animisme dan dinamisme. Kehidupan spiritual masyarakatnya erat terkait alam dan leluhur. Pada abad ke-8, Sang Bima memperkenalkan agama Hindu dan mendirikan Kerajaan Bima pada 709 Masehi.

Transformasi besar terjadi pada 7 Februari 1621, ketika Raja La Kai memeluk Islam, berganti nama menjadi Sultan Abdul Kahir, dan mendirikan Kesultanan Bima. Islam menjadi agama resmi kerajaan, membentuk hukum, adat, dan kehidupan sosial masyarakat. Sultan Abdul Kahir dan penerusnya menjaga keseimbangan antara nilai lokal dan syariat Islam.

Kesultanan Bima tumbuh menjadi pusat penyebaran Islam di timur Nusantara. Nilai-nilai keagamaan dan politik saling melengkapi, membentuk masyarakat yang religius sekaligus terorganisir. Hal ini membuat Bima berperan penting dalam sejarah perkembangan Islam di kawasan Sunda Kecil.

Baca Juga: Padel Olahraga Raket, Modern Yang Sedang Booming di Indonesia

Jejak Sejarah dan Peninggalan Berharga

Jejak-Sejarah-dan-Peninggalan-Berharga

Sejarah Bima panjang, dari pemburu-pengumpul hingga menjadi kekuatan politik Nusantara. Puncak kejayaan terjadi pada abad ke-15 di bawah Tureli Nggampo Bilmana, yang memperluas wilayah ke Sumbawa, Sumba, dan sekitarnya. Bima menjadi jalur perdagangan penting menghubungkan Jawa, Sulawesi, dan Maluku.

Peninggalan bersejarah masih dapat disaksikan, seperti Masjid Sultan Muhammad Salahuddin (1737), Masjid Al-Muwahiddin (1947), dan Istana Asi Bou (1927) yang dibangun dari kayu jati sebagai kediaman sementara sultan. Semua ini memperlihatkan kemegahan arsitektur, spiritualitas, dan nilai sejarah tinggi masyarakat Bima.

Selain itu, wilayah Bima berperan penting dalam jaringan politik dan perdagangan di Nusantara, menjaga posisi strategisnya hingga masa kolonial. Peninggalan ini menjadi bukti perjalanan panjang Bima dari kerajaan lokal hingga bagian integral Republik Indonesia.

Warisan Budaya dan Tradisi Bima

Budaya Bima kaya dan masih dilestarikan. Compo Sampari adalah upacara kedewasaan anak laki-laki, sedangkan Rimpu adalah busana muslimah khas Bima sejak abad ke-17. Songko Lenta dan Sambolo menandai status sosial pria, sementara Ndiha Rasa atau pesta rakyat diadakan setahun sekali untuk syukuran panen.

Tradisi MAKA, berupa sumpah kesetiaan kepada sultan, menunjukkan nilai kesetiaan dan penghormatan pada pemimpin. Semua tradisi ini mencerminkan kombinasi Islam dan budaya lokal yang unik.

Dalam konteks sejarah Nusantara, Bima berperan penting sebagai pusat budaya dan kekuatan politik di timur Indonesia. Hubungan dengan Kesultanan Gowa dan perlawanan terhadap Belanda menunjukkan semangat mempertahankan kedaulatan, hingga Sultan Muhammad Salahuddin memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang ZONA INDONESIA yang akan kami berikan terupdate di setiap harinya.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari lazwardyjournal.com
  2. Gambar Kedua dari istagram.com