Candi Bajang Ratu di Mojokerto adalah peninggalan bersejarah Majapahit yang memukau pengunjung dengan arsitektur kuno dan kisahnya.

Menelusuri-Sejarah-dan-Keindahan-Arsitektur-Candi-Bajang-Ratu

Candi ini menjadi saksi kejayaan Majapahit, menghadirkan pesona abadi yang menarik wisatawan dan pecinta sejarah dari berbagai daerah. Berikut ini ZONA INDONESIA akan memberikan informasi mengenai keindahan dan sejarah Candi Bajang Ratu di Mojokerto

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Sejarah Singkat Candi Bajang Ratu

Candi Bajang Ratu diperkirakan dibangun pada abad ke-14 sebagai gapura besar pada masa keemasan Majapahit. Bangunan ini berfungsi sebagai pintu masuk menuju bangunan suci yang didedikasikan untuk Raja Jayanegara. Nama “Bajang Ratu” pertama kali disebutkan pada tahun 1915 dalam laporan kepurbakalaan Hindia Belanda (Oudheidkundig Verslag).

Sejarawan menduga candi ini berkaitan erat dengan wafatnya Raja Jayanegara pada tahun 1328 Masehi. Relief Sri Tanjung dan sayap Garuda yang terdapat di kaki gapura melambangkan pelepasan dan kehidupan setelah kematian. Pendapat ini diperkuat dengan penemuan relief serupa di Candi Surawana, yang terkait dengan wafatnya Bhre Wengker.

Beberapa literatur juga menyebutkan candi ini digunakan sebagai pintu belakang kerajaan sebelum wafatnya Jayanegara. Terlepas dari fungsinya, Candi Bajang Ratu tetap menjadi peninggalan penting Kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara pada abad ke-14 hingga ke-15.

Keindahan Arsitektur yang Memukau

Candi Bajang Ratu merupakan gapura tipe paduraksa, yakni gapura beratap, dengan arsitektur khas Majapahit yang memukau. Bangunan ini terbuat dari batu bata merah, sedangkan lantai tangga dan ambang pintu dari batu andesit. Candi ini berdiri di ketinggian 41,49 meter di atas permukaan laut dengan orientasi timur laut-tenggara.

Bangunan berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 11,5 x 10,5 meter dan tinggi 16,5 meter, memiliki lorong pintu masuk selebar 1,4 meter. Secara vertikal, candi terdiri dari tiga bagian: kaki, tubuh, dan atap. Kaki candi dihiasi relief Sri Tanjung, sementara bagian tubuh menampilkan hiasan “kala” di atas ambang pintu.

Atap candi dihiasi relief kepala “kala” yang diapit singa, matahari, naga berkaki, kepala Garuda, dan monocle cyclops. Pintu utama dihiasi motif singa dan Garuda, simbol kesaktian dan kekuasaan Majapahit. Ornamen ini tidak hanya mempercantik bangunan, tapi juga menceritakan kisah sejarah kerajaan.

Baca Juga: Keindahan Pantai Padang Padang Bali, Pasir Putih Ombak Legendaris

Lokasi dan Lingkungan Candi Bajang Ratu

Lokasi-dan-Lingkungan-Candi-Bajang-Ratu

Candi Bajang Ratu berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sekitar 2 km dari pusat kanal perairan Majapahit. Lokasinya dekat dengan Candi Tikus, hanya 0,7 km, sehingga mudah dijangkau wisatawan. Penempatan candi menunjukkan keselarasan dengan alam sekaligus terkontrol melalui kanal yang melintang di depan.

Lingkungan sekitar candi tertata rapi dengan taman asri, pepohonan rindang, kolam kecil, dan tanaman hias. Suasana sejuk dan tenang membuat pengunjung nyaman menikmati keindahan alam sekaligus mempelajari sejarah. Kompleks candi juga sering digunakan sebagai tempat edukasi budaya dan fotografi.

Candi Bajang Ratu memiliki biaya masuk terjangkau, yaitu Rp 3.000 untuk dewasa dan Rp 1.500 untuk anak-anak, dengan jam operasional pukul 07.00–16.45 WIB. Tempat ini menjadi destinasi yang menarik bagi wisata sejarah, fotografi, dan wisata edukasi.

Fakta Menarik dan Mitos

Nama “Bajang Ratu” berarti “raja kecil” atau “bangsawan cacat”, terkait dengan Raja Jayanegara yang masih muda saat dinobatkan. Legenda setempat juga menyebutkan Jayanegara pernah terjatuh di gapura ini. Selain itu, masyarakat percaya pejabat yang melintasi candi bisa mengalami nasib buruk.

Candi Bajang Ratu menyimpan unsur geometri, termasuk persegi, trapesium, dan limas. Konsep ini kini bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran etnomatematika di sekolah. Relief dan ornamen candi mencerminkan pandangan kosmologi dan kepercayaan masyarakat Majapahit.

Upaya pelestarian terus dilakukan, termasuk ekskavasi pada 2023 yang menemukan komponen pagar asli candi. Renovasi terakhir selesai pada 1992 oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan. Pemerintah berupaya menjaga candi agar tetap menjadi destinasi sejarah yang edukatif dan menarik bagi wisatawan.

Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang ZONA INDONESIA yang akan kami berikan terupdate di setiap harinya.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari kompas.com
  2. Gambar Kedua dari wikimedia.org