​Museum Prabu Geusan Ulun adalah museum yang terletak di tengah Kota Sumedang, berdampingan dengan Gedung Bengkok atau Gedung Negara Kabupaten Sumedang.

Menyusuri-Jejak-Sejarah-di-Museum-Prabu-Geusan-Ulun

Museum ini didirikan pada tahun 1950 dan dibuka pada tahun 1974, tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan peninggalan purbakala, tetapi juga sebagai tempat wisata edukasi, kebudayaan, dan sejarah mengenai kerajaan yang pernah ada di Sumedang.

Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya tentang seputaran ZONA INDONESIA.

Sejarah dan Latar Belakang Museum

Museum Prabu Geusan Ulun berasal dari nama raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang, Prabu Geusan Ulun atau Pangeran Angkawijaya, yang memerintah antara tahun 1578 hingga 1601. Museum ini didirikan pada 11 November 1973 dengan nama Selayang Pandang Museum dan awalnya hanya dibuka untuk kalangan keluarga kerajaan Sumedang. Gagasan pembentukan museum ini muncul untuk melestarikan warisan budaya dan sejarah Sumedang yang kaya nilai tradisi.

Pada tahun 1974, dalam seminar sejarah mengenai penetapan Hari Jadi Sumedang, para ahli sejarah Jawa Barat mengusulkan agar museum tersebut dikembangkan menjadi museum daerah. Usulan itu disetujui dan kemudian museum resmi dibuka untuk umum pada 24 Januari 1985, dengan nama Museum Prabu Geusan Ulun. Sejak saat itu, museum ini menjadi pusat pelestarian sejarah dan kebanggaan masyarakat Sumedang.

Museum ini memiliki visi melestarikan peninggalan leluhur Sumedang serta misi menjaga aset bersejarah yang diwariskan oleh Pangeran Aria Soeria Atmadja, Bupati Sumedang periode 1883–1919. Dengan semangat tersebut, museum terus berperan penting dalam menjaga identitas budaya dan sejarah Sumedang bagi generasi masa kini dan mendatang.

Koleksi Benda Bersejarah yang Memukau

Museum Prabu Geusan Ulun menyimpan berbagai koleksi peninggalan sejarah yang mencerminkan kejayaan Kerajaan Sumedang Larang. Koleksi ini meliputi pusaka kerajaan, perhiasan, pakaian kebesaran, serta benda bersejarah dari masa para bupati. Salah satu koleksi paling berharga dan ikonik adalah Mahkota Binokasih. Simbol kekuasaan dan warisan Kerajaan Padjajaran yang kini menjadi kebanggaan masyarakat Sumedang.

Mahkota Binokasih memiliki berat sekitar 8 kilogram, terbuat dari emas, dan dihiasi dengan batu giok yang indah. Menurut sejarah, mahkota ini diberikan oleh Prabu Siliwangi, Raja Padjajaran, kepada penguasa Sumedang Larang sebagai tanda penerus kejayaan Padjajaran setelah kerajaan itu runtuh. Mahkota ini kini disimpan dengan sangat hati-hati di Gedung Pusaka, salah satu gedung utama museum.

Selain Mahkota Binokasih, museum juga memiliki koleksi naskah kuno, alat musik gamelan, kereta kencana, dan berbagai benda budaya lainnya. Setiap koleksi tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga menjadi saksi perjalanan panjang Sumedang dalam menjaga warisan leluhur.

Baca Juga: Pesona Pulau Bawean,Tersembunyi dengan Alam dan yang Memikat

Lokasi dan Fasilitas Unggulan

Lokasi-dan-Fasilitas-Unggulan

Museum Prabu Geusan Ulun berlokasi di Jalan Prabu Geusan Ulun No. 408, Kecamatan Sumedang Selatan, Jawa Barat. Tepat di pusat kota, dekat Alun-Alun Sumedang. Kompleks museum ini terdiri dari enam gedung utama. Yaitu Gedung Srimanganti, Bumi Kaler, Gendeng, Gedung Pusaka, Gedung Gamelan, dan Gedung Kareta. Masing-masing gedung memiliki fungsi dan koleksi berbeda, menjadikannya menarik untuk dijelajahi.

Selain ruang pameran, museum juga menyediakan berbagai fasilitas pendukung seperti area parkir luas, mushola, toilet bersih. Serta warung kecil untuk beristirahat. Pengunjung juga dapat menikmati berbagai spot foto menarik bergaya klasik dan tradisional yang cocok untuk diunggah di media sosial.

Dengan lingkungan yang asri dan penataan yang rapi, museum ini tidak hanya menjadi tempat belajar sejarah. Tetapi juga destinasi wisata budaya yang menyenangkan bagi semua kalangan.

Tata Tertib Pengunjung

Demi menjaga kenyamanan dan kelestarian koleksi, pengunjung diharapkan menaati peraturan seperti tidak membawa ransel besar, tidak menyentuh koleksi, tidak berisik, serta dilarang mengambil foto di Gedung Pusaka.

Selain itu, pengunjung juga diminta tidak merokok, tidak makan atau minum di area pameran, dan tidak membuang sampah sembarangan.

Dengan mematuhi tata tertib ini, pengunjung turut berperan dalam melestarikan kekayaan sejarah Sumedang agar tetap bisa dinikmati oleh generasi mendatang.

Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang ZONA INDONESIA yang akan kami berikan terupdate di setiap harinya.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari museumprabugeusanulun.org
  2. Gambar Kedua dari sumedangkab.go.id